Sabtu, 26 Januari 2019

Mari Mengenal Horror Slow-burn



Apa sih itu horror slow-burn? Horror bakar lambat? Maksudnya apa? Pasti ada dari kalian yang berpikir seperti itu ketika mendengar istilah ini disebutkan oleh beberapa netizen di sosial media.

Slow-burn horror adalah tipe film horror yang membangun plot cerita dengan pelan dan secara tahap pertahap.  Tipe horror ini memanfaatkan pencahayaan, scoring, hingga chemistry antar pemain untuk mengendalikan situasi dan tone yang ada sehingga mayoritas terkesan gelap dan tak bernyawa. Horror slow-burn kebanyakan membutuhkan pembangunan cerita yang panjang sekali baru kemudian dikonklusikan secara cepat untuk menciptakan rasa takut yang luar biasa pada penonton.

Bisa diibaratkan ada sebuah dinamit dan fusi. Horror slow-burn memerlukan waktu yang lebih lama dari film horror biasa untuk mencapai akhirnya, ledakan. Biasanya segala adegan yang bisa menyita perhatian penonton dikumpulkan terlebih dahulu barulah diledakkan di ending cerita. Horror slow-burn tidak akan secara langsung menyampaikan maknanya tetapi membiarkan alurnya mengalir sendiri membangun suasana yang ada satu demi satu.
The VVicth (2015) merupakan salah satu horror slow-burn yang sangat berhasil
Tipe horror ini diklasifikasikan oleh banyak orang sebagai genre film horror yang sangat susah untuk diproduksi dikarenakan kesulitan membangun suasana yang ada. Banyak film berkonsep slow-burn yang gagal karena alih-alih membangun suasana yang ada, malah kebosanan yang ada karena memang pace nya lambat dan alurnya datar sebelum mencapai konklusi. Horror slow-burn malah lebih banyak tidak terlihat seperti horror disepanjang pembangunan cerita yang ada. Sebaliknya jika tipe horror ini dieksekusi dengan baik, maka akan tercipta film horror yang luar biasa dengan penyajian cerita dan plot yang tertata rapi dan tone yang mencekam. Sebut saja The VVitch (2015) dan Hereditary (2018) yang begitu mengagumkan.

Karena alasan tersebutlah horror slow-burnjarang diminati baik oleh penonton maupun oleh produsen perfilman. Banyak penonton lebih menggemari film horror popcorn yang hanya mengandalkan jumpscare melalui adegan dan scoring yang muncul mendadak karena dianggap lebih mampu memacu adrenalin. Namun bukan berarti horror slow-burntidak ada peminatnya. Horror slow-burnsendiri dianggap memiliki kasta lebih tinggi daripada horror picisan yang hanya mengandalkan jumpscare. Biasanya penonton film bertipe ini akan mengalami perasaan tidak enak dan terbayang bahkan berhari-hari.

Rabu, 23 Januari 2019

10 Film Paling Dilarang dan Dicekal di Dunia


Film adalah sebuah sarana untuk mengekspresikan diri dan untuk menunjukkan sebuah nilai seni dalam kehidupan. Pada dasarnya para sineas akan berusaha menciptakan film yang indah dan menarik untuk ditonton. Namun siapa sangka 10 film berikut justru malah dilarang karena dianggap terlalu mengerikan dan menjijikkan untuk ditonton. Berikut ada daftar film yang paling dilarang dan dicekal di seluruh dunia.

  • Cannibal Holocaust (1980)
  • I Spit on Your Grave (1978)
  • The Texas Chain Saw Massacre (1974)
  • The Evil Dead (1981)
  • The Last House on the Left (1972)
  • Salo, or the 120 Days of Sodom (1975)
  • Hostel (2005)
  • Hostel : Part 2 (2007)
  • Freaks (1932)
  • A Serbian Film (2010)


Bisa kita lihat sendiri, dari 10 film yang paling dicekal dan dilarang semuanya bergenre horror. Alasan yang kuat adalah karena pada rentang tahun 1930-1990, efek visual masih belum terlalu terkenal sehingga para sineas perfilman harus memutar otak untuk menyajikan adegan pembunuhan ataupun adegan sadism. Pada saat itu semua sarana masih terbatas sehingga semua adegan sadism yang ada disetting secara asli, bukan efek komputer seperti pada film-film masa kini. Para produser berlomba-lomba menyajikan adegan yang paling sadis menurut mereka secara eksplisit dan kontroversial. Parahnya lagi, beberapa film diatas menyajikan adegan pembunuhan yang sebenarnya agar adegan yang disajikan benar-benar natural.

Gila sekali bukan? Memang sudah sepantasnya film-film ada di dalam daftar diatas dilarang dan dicekal? Kalian tertarik menonton?

Selasa, 22 Januari 2019

Review Film The House That Jack Built : Sadis dan Intens



★ 7,5 /10

For your information, film The House That Jack Built yang akan saya review kali ini sempat membuat kontroversi pada saat penayangan perdananya. Pada bulan Mei 2018, film karya Lars Von Tier ini diputar perdana di Cannes Film Festival dan menyebabkan lebih dari 100 orang memilih untuk meninggalkan lokasi dan tidak ingin melanjutkan menonton alias walk-out. Banyak yang berpendapat bahwa film ini menjijikkan dan sangat tidak bisa untuk ditonton. Ya saya rasa kita semua sudah taulah bagaimana kegilaan Lars Von Tier lewat film-film sebelumnya seperti Antichrist dan Nyphomaniac.

Berbekal rasa penasaran karena komentar pada penonton perdananya, saya akhirnya mencoba menonton film yang diisu-isukan sebagai film tersadis 2018 ini. Well dan harus saya akui dengan pasti bahwa film ini benar-benar unwatchable. Sangat tidak bisa ditonton. Film ini menampilkan kekerasan secara ekstrim dan eksplisit termasuk adegan gore, animal abuse sampai ke psychologic intimidation. Tone yang dibangun benar-benar tegang dan intens. Jujur sangat susah bagi saya untuk bisa menonton film ini sampai akhir.
Kisah akan mengikuti kisah hidup dari seorang pria bernama Jack (Matt Dillon). Jack adalah seorang psikopat dan pembunuh berantai yang mentalnya tidak stabil dan jiwanya terganggu.  Dikisahkan bahwa Jack mendapatkan kepuasan melalui pembunuhan dan apabila kepuasannya menurun maka dia harus membunuh lagi. Terlebih lagi dia menyiratkan bahwa dia berusaha mencari arti dari hidupnya melalui rentetan pembunuhan tersebut.


Film dibuka dengan percakapan dengan dua orang dalam bentuk verbal. Lambat laun diketahui bahwa sosok yang berbicara bernama Verge dan Jack itu sendiri. Verge menanyakan kisah dari Jack sementara Jack menjelaskan kegiatannya dalam aksi pembunuhan berantai selama 12 tahun yang terbagi ke dalam 5 insiden besar. Dalam part terakhir diceritakan bahwa Jack yang dipandu Verge berkunjung ke neraka. Bagian ini sungguh-sungguh klise dan susah ditangkap maknanya. Selain itu di insiden kelima ini sosok Verge dan identitasnya juga terungkap. Mengapa dia melakukan percakapan dengan Jack dari awal.

Pace film terbilang lambat tetapi tertata rapi dengan banyak sekali selipan part film yang tidak berkaitan langsung dengan film. Banyak penggunaan analogi dan metafora di film ini melalui part yang tidak berkaitan tersebut yang cukup cerdas menurut saya. Seperti Jack yang menceritakan proses fermentasi angggur dan bagaimana kaitannya dengan aksi psikopatnya. Selain itu banyak sekali referensi umum yang dimasukkan oleh Lars Von Tier ke dalam film ini seperti sejarah kemanusiaan hingga ke sastra yunani kuno. Nah rumitnya disini. Film ini indah tapi sekaligus juga menjijikkan. Arti dari judul dari film ini sendiri baru terungkap di ending film berhubungan dengan pencapaian dari semua aksi psikopatik Jack. Tetapi tentu saja, metafora.


But of course, poin utama dari film ini adalah acting gila dari sang psikopat, Jack yang diperankan oleh Matt Dillon. Matt Dillon mampu menggambarkan bagaimana karakter seorang psikopat yang menderita kejiwaan dengan baik sekali. Kondisi mental yang tidak stabil dan OCD yang diderita oleh Jack juga tergambarkan dengan jelas. Such an awesome man. Matt Dillon keren banget disini.

But totally. Saya tidak kepikiran sama sekali sebenarnya film ini ingin menyampaikan apa. I mean, poin utamanya alias benang merahnya klise banget dan hampir enggak ada. Apalagi ditambah dengan scene akhir yang klise banget. This movie is totally awesome, saya ulangi awesome, yet beautiful. Tetapi tidak ada yang ditonjolkan selain kebrutalan dari Jack itu sendiri.

Kalau ada yang tau maksud poin ini bisa menyampaikan komentar dibawah! Terima kasih

Sabtu, 19 Januari 2019

Review Serial TV : Sex Education (2019)



★ 8,5 / 10

Waktu pertama tau serial ini agak kaget karena nyadar Asa Butterfield main genre beginian. Tetapi melihat trailer yang ada, serial ini sangat-sangat menjanjikan. Dan benar saja, Sex Education (2019) menyajikan cerita yang sama sekali fresh dengan balutan komedi yang ringan.

First of all. Saya ingin mengingatkan bahwa rate dari serial ini sendiri adalah 18 keatas. Banyak sekali scene yang menyajikan adegan dewasa dengan eksplisit, baik secara visual maupun verbal. Ya mau gimana lagi sih, sesuai dengan judul yang ada. Tetapi tentu saja bukan itu poin utama yang bikin saya ngasih poin tinggi untuk review film ini.

Sex Education bercerita tentang seorang Otis Millburn (Asa Butterfield) yang mempunyai ibu seorang ahli terapi sex harus menanggung malu setelah identitas dari ibunya itu sendiri tersebar di sekolahnya. Memang sebelumnya tidak ada yang mengetahui informasi tersebut. Namun dengan insiden tersebut, banyak remaja yang ingin berkonsultasi dengan Otis karena mengangapnya memiliki keahlian yang sama dengan ibunya dan memang seperti itu. Seorang siswi wanita bernama Meave Miley melihat kemampuan dan potensi dari Otis lalu mengajaknya untuk membuka usaha jasa konsultasi sex.


Tema dan konsep cerita serial ini dari pertama udah vulgar sih. Tentu kalian tau bagaimana konsep ‘sex education’ di belahan timur. Banyak plot yang berkembang di sepanjang ide utama tersebut di serial ini, seperti isu LGBT nya Erik hingga kisah asrama antara Otis dan Meave yang bikin geregetan. Semuanya dikemas dengan baik dan seolah tanpa henti. Setelah satu konflik satu selesai langsung dilanjut oleh konflik yang lain. Harus saya akui sih konflik dramanya ringan dan gampang banget untuk diikuti.

Porsi komedi yang ada di serial ini juga cocok dan tepat pada penempatannya. Beberapa joke terkesan eksplisit karena mengacu pada adegan dewasa namun tetap bisa dinikmati dengan lucu. Serial ini juga menunjukkan bagaimana pembangunan relasi antara Otis dan ibunya diceritakan tidak bisa terlalu dekat. Di sisi lain Sex Education juga sangat menonjolkan sisi LGBT. Eric yang adalah seorang gay mendapat porsi yang cukup untuk menceritakan LGBT dari sisinya. Bagaimana perjuangannya dan manis-pahit yang dideritanya. Well it’s still OK.


Kalo berbicara tentang acting, oh God. Semua yang ada di serial ini berperan dengan baik banget. Aktingnya natural banget dan mengalir begitu saja. Chemistryyang ada di antara pemain seolah sudah terbangun dengan sangat baik. Selain itu saya ingin apresiasi Asa Butterfield. Well, saya selama ini tidak begitu suka dengan dia. Menurut saya dia tidak pernah bermain di film yang cocok dengan dirinya. Semua film yang dia mainkan misssama kepribadian dia. Namun baru di serial ini kelihatannya dia menunjukkan taringnya. Dan saya bisa katakan dia cocok banget untuk peran anak SMA yang introvert dan hangat.

Ini serial pembuka 2019 yang apik banget untuk ditonton karena plotnya sendiri fresh dan asik. Happy watching!

Sabtu, 15 Desember 2018

Trik Khusus Film Memanipulasi Emosi Penonton Dengan Warna



Film mengatur emosi penonton melalui cara yang tidak pernah kita sadari. Bisa melalui music dengan alunan santai, atau bahkan yang tidak pernah sama sekali kita sadari, warna! Otak manusia pada umumnya terikat dengan rangsangan warna dan biasanya akan menerjemahkannya menurut persepsi. Misalnya saja warna merah untuk bahaya dan warna hijau untuk aman.

Atas dasar konsep tersebut, sebenarnya banyak sekali film yang menjadikannya struktur dalam pengambilan latar tempat. Hal tersebut dilakukan agar emosi yang ditampilkan bisa lebih efektif diterima oleh penonton. Berikut ada 7 warna umum yang sering dipakai oleh sineas perfilman

Merah

The Guest (2014)
Warna merah sendiri menggambarkan Cinta, Nafsu, Kekerasan, Bahaya, Amarah dan Kekuatan. Warna merah kebanyakan dipakai untuk menunjukkan kondisi bahaya, misalnya saja lampu merah yang menyala merekah menerangi seluruh ruangan ataupun darah yang menyebar. Konsep lain warna merah dipakai untuk menunjukkan makna cinta dan keterkaitannya dengan nafsu dan unsur dewasa.

Pink

Grand Budapest Hotel (2014)
Pink menandakan Murni, Manis, Feminim, Menyenangkan, Empati dan Kecantikan. Warna pink sering sekali dipakai dalam film remaja yang tentu saja untuk menyamakan emosi penonton dan film dalam tone manis dan muda.

Jingga

Mad Max : Fury Road (2015)
Warna jingga menggambarkan Kehangatan, Sosial, Pertemanan, Energi, Keeksotisan dan Masa Muda. Warna jingga secara kompleks adalah warna dasar yang banyak dipakai. Selain itu jingga juga termasuk salah satu warna yang enak dipandang dan tidak mencolok di mata. Akan tetapi disatu sisi warna jingga juga bisa menandakan Bahaya dan Peringatan.

Kuning

Life of Pi (2012
Kuning menggambarkan Kegilaan, Rasa Sakit, Keraguan, Obsesif, Bahagia dan Mewah. Dalam setting kerajaan, warna kuning adalah warna yang sering dipakai untuk menggambarkan unsur kemewahan dan kebahagiaan. Sementara disatu sisi warna kuning juga sering dipakai untuk menjelaskan situasi yang sama sekali tidak terkontrol.

Hijau

Harry Potter and the Deathly Hallows (2010)
Warna hijau menandakan Alami, Ketidakdewasaan, Bahaya, Rasa Tidak Aman, Kegelapan dan Kematian. Sejak dulu, fiksi selalu mengaitkan warna hijau dengan hal yang berbahaya seperti racun ataupun sihir. Warna hijau juga bisa menandakan warna alami yang membuat penonton seolah menyatu dengan alam.

Biru

Suicide Squad (2016)
Biru menggambarkan Dingin, Kesendirian, Terpencil, Melankonis, Ketenangan, Aman dan Hening. Karena pada dasarnya warna biru menggambarkan ketenangan, maka biru dibawa ketahap selanjutnya untuk menggambar rasa terisolasi, kesendirian, kesedihan dan keterpurukan. Dibalik itu biru pada dasarnya menggambarkan rasa melankonis dan abadi.

Ungu

Guardian of the Galaxy (2015)
Ungu adalah warna eksentrik yang dipakai untuk menggambarkan Fantasi, Ambiguitas, Ringan, Erotisme, Ilusi, Mistik dan Luar Biasa. Kebanyakan film yang ingin menyajikan irama tidak biasa akan menggunakan ungu sebagai bahannya seperti scene bar dewasa, ataupun perjalanan luar angkasa.

Jumat, 14 Desember 2018

Daftar Superhero di Serial televisi New Warriors dan Kekuatannya



New Warriors berbagi dunia yang sama dengan Marvel Cinematic Universe dan pertama kali diumumkan pada Agustus 2016. Isinya menceritakan tentang pada pahlawan baru nan muda yang berusaha mempelajari bahaya dunia dan menyelamatkannya dengan kekuatannya. Telah dikonfirmasi akan ada 6 superhero yang muncul di serial televisi ini. Apa-apa saja yuk disimak!

1. Squirrel Girl aka Doreen Green yang diperankan Milana Vayntrub


Sesuai namanya, Squirrel Girl adalah pahlawan yang bertarung layaknya seekor tupai. Squirrel Girl adalah seorang pemimpin yang tangguh dan selalu optimis. Kekuatannya meliputi kekuatan, insting dan ketahanan diatas manusia normal; memiliki ekor yang kuat dan lincah serta memiliki cakar yang tajam layaknya tupai. Squirrel Girl juga mempunyai seekor tupai peliharaan yang selalu membantunya yang bernama Tippy-Toe.

2. Mister Immortal aka Craig Hollis yang diperankan Derek Theler


Mister Immortal adalah seorang mutan dengan kekuatan hidup abadi yang memungkinkan tubuhnya sembuh dari luka apapun hingga kematian. Craig Hollis tentu tidak bisa hanya mengandalkan kekuatannya tersebut. Mister Immortal juga diketahui memiliki kemampuan akrobatik yang tinggi. Akan tetapi kekuatan yang dia miliki tidak sejalan dengan sifatnya. Dalam series New Warriors diceritakan bahwa Craig Hollis adalah seorang pembuat masalah yang sombong dan pemarah.

3. Night Thrasher aka Dwayne Taylor yang diperankan oleh Jeremy Tardy


Aslinya Night Thrasher mempunyai beberapa kekuatan yang cukup mumpuni di komik seperti kemampuan bertarung jarak dekat yang hebat, seorang hacker yang handal hingga kebal terhadap telepati. Namun sosok Dwayne ini belum jelas di serial terbaru Marvel ini. hanya dijelaskan bahwa Dwayne Taylor hanyalah seorang selebriti lokal yang tidak mempunyai kekuatan apapun dan bermodalkan channel Youtube. Orang tua Dwayne meninggal saat dia masih kecil dan meninggalkannya dengan kekayaan.

4. Speedball aka Robbie Baldwin yang diperankan oleh Calum Worthy


Kekuatan Speedball adalah menciptakan medan kinetic dari energi yang tidak diketahui dalam bentuk bola. Medan kinetic yang ciptakannya mampu menyerap energy yang ditargetkan kepadanya. Selain itu, dia mampu melemparkan bola energy kinetic tersebut ke target yang dia inginkan.

5. Microbe aka Zach Smith yang diperankan oleh Matthew Moy


Microbe aka Zach Smith adalah seorang superhero pemalu yang mampu berkomunikasi dengan kuman. Kekuatannya ini berkembang lebih jauh meliputi Nosokinesis yaitu manipulasi bakteri/virus/kuman hingga Sick Sense yang mampu mendeteksi bakteri/virus/kuman.

6. Debrii aka Deborah Fields yang diperankan oleh Kate Comer


Debrii mempunyai kekuatan telekinesis magnetis level rendah yang memungkinkannya untuk memindahkan benda. Akan tetapi objek yang mampu dia kendalikan terbatas hanya sebatas benda kecil bukan benda yang berat. Dia juga mampu mengangkat dirinya sedikit ke udara mengingat kekuatannya hanya sebatas level rendah.

Kamis, 13 Desember 2018

Review Film : Aquaman (2018)


★ 8.8 / 10

Basicnya Aquaman sudah bisa dibilang sebagai film yang sangat worth untuk ditonton. Alurnya yang rapi, akting pemainnya yang keren dan scoring yang diatas kata bagus. Selain itu visualnya memanjakan mata banget.

Overall ada 3 poin yg bkin gw trkesima sama film ini :

1. Kostum

Pada dasarnya adaptasi komik superhero selalu kehalang sama kostum. Penggambaran kartun dengan kostum yang mencolok sering menjadi kendala saat diangkat ke layar lebar. Banyak yg mencoba dan jatohnya norak. Well i can say gw tepok tangan banget buat orang yang ada dibalik kostum Aquaman.

Modernisasi kostum jelas terlihat tetapi masih simetris dengan komik dan kelihatan mewah. Ingatkan gw betapa kerennya Orm dengan helmnya atopun Mera dengan kostum yang logikanya cuma spandex tapi tetap keren banget.

2. Mera Fighting Style


Kembali ke Mera lagi, di tiap scene aksi, Mera selalu bisa nampilin gaya bertarung yang kece badai, bukan semacam aksi bela diri biasa. Misalnya saat di Italia atau saat last battle. Kombinasi fight dan akrobatik dari Mera terlihat keren banget.

3. Of course Visualnya

Klo udh nonton sih udh pasti tau knapa gw terkesima sama visualnya.

Dan soal contranya, gw nemuin beberapa plot hole yang seharusnya bisa disadari seperti adanya cahaya dalam inti bumi ataupun rambut Orm yang tiba-tiba menjadi pendek di ending. Selain itu di bagian awal saat Arthur melompat dari laut ke kapal selam, CGI nya masih kasar. Ada juga beberapa penempatan joke yang kurang tepat dan malah berkesan cheesy

Dan bagian pentingnya menurut saya konflik Aquaman belum nyentuh ujung. Gw berekspektasi final battle bakal menjadi scene dimana Orm udh nguasain laut dan nyerang sedangkan Arthur ada disisi melindungi daratan. Poin awalny Orm ingin nyerang daratan tapi sebelum nyampe puncaknya, rencananya udh gagal ama Arthur.


That's it. Bagus ya bagus. Sebandinglah sama Wonder Woman. Pokokny hrus banget nonton ini dibioskop karena tentu aja visualnya lebih kece 1000% didepan layar lebar daripada monitor gadget.

Selasa, 11 Desember 2018

5 Skema Warna yang Umum Dipakai Pada Film



Warna adalah unsur yang unik dan merupakan salah satu hal berkesan dalam seni rupa. Dalam dunia perfilman, penggunaan warna yang tepat akan menghasilkan sinematografi yang apik dan indah. Dengan berlandaskan 12 warna dasar dalam roda warna, ada 5 skema warna yang biasa dipakai di dunia perfilman. Skema apa saja?

Skema Warna Komplementer

Skema ini menggunakan dasar warna yang berlawanan dalam roda 12 warna. Sejauh ini, skema warna komplementer adalah skema warna yang paling umum dipakai. Contohnya jika kita memadukan warna jingga dengan biru, maka akan tercipta warna hangat dan dingin dengan kontras yang tinggi. Memang secara logika akan terlihat mencolok, tetapi secara praktik, skema warna komplementer akan menciptakan view yang mudah diterima oleh mata. Pencocokan warna komplementer tidak selalu terlihat dengan jelas karena terkadang diburamkan dengan pengaturan kontras.

Penggunaan Warna Komplementer pada film Amélie (2001) dengan mengkombinasikan merah dan hijau
Penggunaan Warna Komplementer pada film Fight Club (1999) dengan mengkombinasikan jingga dan teal

Skema Warna Analogous

Analogus yang berarti sejalan memadukan warna secara berurutan dalam suatu rantai di roda 12 warna. Skema warna analogous akan menghasilkan warna harmonis pada dasarnya serupa. Warna analogous pada dasarnya mudah diterapkan karena memang skema warna ini mendominasi pada kehidupan sehari-hari. Umumnya, satu warna akan mendominasi yang kemudian diikuti warna kedua sebagai pelengkap dan warna ketiga untuk mengentalkan atau menambah tone.

Skema Warna Analogous pada film American Hustle (2013) dengan warna kuning sebagai dasar

Skema Warna Triadik

Skema warna triadic mengaplikasikan tiga warna secara berseberangan membentuk sebuah segitiga didalam roda 12 warna. Salah satu warna harus lebih kuat dan yang lainnya melengkapi. Skema warna triadic adalah skema warna yang paling jarang dipakai dalam film karena dinilai sulit dalam mengaplikasikan tiga warna bertentangan sekaligus. Namun, dengan penggunaan yang tepat, skema warna ini akan memberikan view yang indah dan apik.

Penggunaan warna Triadik pada film Pierror Le Fou (1965) karya sutradara Jean-Luc Godard

Skema Warna Komplementer Terpisah

Skema warna komplementer terpisah adalah upgradedari skema warna komplementer yang pada dasarnya masih menggunakan warna berlawanan. Akan tetapi pada skema warna ini, salah satu warna akan dipecah menjadi menjadi 2 warna disebelah warna yang dipecah sehingga skema warna berubah menjadi segitiga. Skema warna komplementer terpisah bisa menjadi alternatif jika tidak ingin mengubah skema warna komplementer tetapi ingin menurunkan kontras warna yang ada.

Penggunaan warna komplenter terpisah pada film Burn After Reading (2008) menampilkan kontras warna yang lebih lembut

Skema Warna Tetradik

Warna tetradik memadukan 4 warna berseberangan menggunakan 2 pasang warna komplementer. Hasilnya akan menciptakan distorsi warna yang harmonis dan beragam. Tidak semua shot cocok dengan skema warna ini sehingga biasanya salah satu warna akan ditonjolkan sementara warna yang lain dikurangi atau digelapkan.

Penggunaan warna tetradic yang beragam pada film Mamma Mia! (2008)
Penggunaan warna tetradic dimana salah satu warna ditonjolkan sementara tiga warna lainnya diblur pada film Magnolia (1999)

Senin, 10 Desember 2018

9 Tokoh Paling Berpengaruh di Game of Thrones Season 8


Sejak awal Game of Thrones tidak menjanjikan tokoh tetap. Hal ini karena setiap karakter di Game of Thrones berpotensi dimatikan ataupun menghilang. Sebut saja Ned Stark ataupun Robb Stark yang padahal sudah dijago-jagokan oleh ramai orang. Selain itu hampir semua tokoh di series ini berwatak abu-abu. Hal inilah yang juga semakin mendukung hal ketidak konsistenan karakter di series ini. Berikut ada 8 tokoh yang akan mempunyai pengaruh besar di season delapan Game of Thrones.

  -  Jon Snow

Jon Snow atau Jon Targaryen berada di list teratas dalam tokoh paling penting di series ini. Dia sendiri sudah pernah berhadapan dengan sang antagonis utama di series ini yaitu Night King di season 6. Jon Snow adalah pemimpin utama dari pasukan yang akan menghadapi Long Night nantinya dan dia juga akan melengkapi ramalan pertemuan ‘api’ dan ‘es’. Pada season terakhir terungkap bahwa dia adalah pewaris sah tahta westeros dan berjelas Jon Targeryen. Beberapa fandom bahkan mengasumsikan bahwa Jon adalah Azor Ahai, yang penyelamat westeros dari Night King.

Jon Snow dan Daenerys Targaryen

  -  Daenerys Targaryen

The Mother of Dragon adalah pasangan dari Jon dalam melengkapi ramalan pertemuan ‘api’ dan ‘es’. Berkat tekadnya yang kuat, Daenerys mampu mengangkat dirinya dari daerah kumuh di essos menuju ke masa kejayaannya di westeros dengan membawa pasukan penuh dan tiga ekor naga. Daenerys akan menjadi kekuatan utama dengan pasukannya dan naganya dalam memerangi Night King.

  -  Cersei Lannister

Selanjutnya ada si singa betina, Cersei Lannister. Cersei selalu menjadi karakter penting di tiap season Game of Thrones berkat tekad dan semangatnya dalam bertahan hidup. Ambisinya atas kekuasaan begitu besar sehingga perannya akan begitu besar dalam season ke-delapan. Di season sebelumnya, dia mengungkapkan bahwa dia tidak akan berperan serta dalam perang terhadap Night King dan berkhianat. Tentunya apa yang akan dilakukannya selanjutnya akan berpengaruh besar kepada westeros di season 8 nantinya.

Cersei Lannister dan Tyrion Lannister

  -  Tyrion Lannister

Sejak awal Tyrion selalu membuktikan keberhasilannya dalam menyusun strategi dan memenangkannya. Perannya dalam menyusun strategi akan sangat vital di season ke-delapan untuk membantu kubu manusia melawan kubu mayat hidup. Dia akan menjadi ‘otak’ dengan berada disamping Daenerys sebagai penasihatnya.

  -  Sansa Stark

Sejak Brandon Stark memilih menjadi Three-Eyed Raven, maka tahta atas Winterfell otomatis jatuh ke tangan Sansa Stark. Hal ini juga yang membuat Baelish mendekati Sansa. Karena Sansa menjadi penguasa poros utara yang otomatis menjadi point pertama pertempuran Long Night, maka peran Sansa akan penting di season ke-delapan.

  -  Brandon Stark

Mungkin Brandon Stark adalah kunci utama dalam melawan Night King. Pasalnya sekarang dia adalah Three-Eyed Raven yang mempunyai kekuatan penglihatan. Kekuatannya akan menuntun kaum westeros memenangi peperangan melawan Night King. Dia sendiri mengungkapkan bahwa dia tidak ingin menjadi seorang Lord of Winterfell di season sebelumnya dan mengabdikan hidupnya sebagai Three-Eyed Raven demi menghadapi ancaman kematian di depan mata.

  -  Jaime Lannister

Layaknya tiap manusia, Cersei Lannister tentunya juga mempunyai kelemahan. Dan jawabannya adalah Jaime Lannister. Jaime akan berperan sebagai katalis untuk Cersei pada season ke-delapan karena dia sendiri lebih memilih untuk mengubah pihak ke sisi Jon Snow untuk bersama menghadapi Long Night. Karena memiliki sisi berlawanan dengan Jaime, Cersei tentunya akan berpikir ulang untuk mengkhianati gencatan senjata yang telah dibuatnya dengan Daenerys.

  -  Arya Stark


Meskipun Arya tidak memiliki kekuatan yang besar dalam menghadapi Long Night, tetapi kemampuannya sebagai assassin sudah tidak perlu diragukan lagi. Arya Stark di tiap seasonnya selalu bisa mencuri perhatian. Berkat latihan keras yang dijalaninya selama ini bahkan sampai ke Essos, Arya kini mampu menyelinap dan membunuh tanpa bukti berkat keahliannya sebagai No-Face. Karena Arya selalu mampu memunculkan kejutan, siapa yang tau akan ada kejutan apa lagi yang dihadirkannya di season ke-delapan.

  -  Night King

Yang terakhir tentu saja Night King. Tidak afdol jika sang antagonis utama di season ke-delapan tidak dimasukkan dalam list ini. Berkat naga yang berhasil dia ambil alih dari Daenerys, kini ancamannya untuk menguasai westeros semakin nyata dan mencekam. Night King akan menjadi poros utama dalam menghadapi semua tokoh penting diatas dalam perang Long Night.

Meskipun ada tokoh lain yang juga diperkirakan akan memiliki peran penting seperti Sam Tarly, Theon Greyjoy, Tormund Giantsbane ataupun Euron Greyjoy, perannya tidak akan sesignifikan 9 tokoh diatas. Dari ke-9 tokoh yang mana favorit kalian?

Sabtu, 08 Desember 2018

Review Serial TV : The Chilling Adventure of Sabrina



★ 4/10

Pertama kali tau serial televisi yang satu ini lewat sosial media. Sebelum tayang series yang satu ini ramai sekali dibicarakan. Dari teaser sampe trailer menyakinkan bahwa serial ini bakal bagus.

Well ternyata semua tidak seperti yang dibayangkan. I mean totally! Series ini diangkat dari komik yang diproduksi oleh Archie Comics yang juga mengeluarkan Riverdale. Selain itu series ini juga diklaim se-universe dengan Rivedale dan disutradarai oleh orang yang sama dengan Riverdale. Saya masih bisa menikmati season satu Riverdale. Konfliknya tersusun rapi satu demi satu dengan terikat benang merah cerita. Namun hal tersebut tidak saya temukan di The Chilling Adventure of Sabrina.


Pada basicnya The Chilling Adventure of Sabrina sudah punya ide cerita yang bagus sekali. Tentang seorang penyihir remaja yang berusaha menemukan jati dirinya di antara manusia. Namun eksekusinya justru hancur berantakan. Seperti yang saya bilang sebelumnya, konflik di serial ini seolah ngaco dan saling timpa satu sama lain. Inti sari dari series ini tidak ada jadi seolah-olah plot cerita tidak ada pegangan dan meluas kemana-mana.

Selain itu bisa saya katakan sepanjang series ini penuh dengan lubang. Plot hole ada dimana-mana. Bagaimana mungkin seorang Pendeta tinggi dibodohi oleh seorang penyihir setengah manusia berkali-kali? bagaimana mungkin Dark Lord yang dipuja-puja sebagai penguasa kegelapan tertinggi dipermainkan seorang bocah penyihir? I mean, serial ini berusaha menyajikan cerita diantara drama dan fantasi. Tetapi entah kenapa garis diantara kedua genre tersebut bertabrakan satu sama lain. Sisi dramanya juga bertele-tele dan gak nyampe, sedangkan sisi fantasinya juga kurang di eksplor.


Perpindahan antar plotnya juga terkadang berjalan tidak terlalu lancar. Banyak kontradiksi scene yang terjadi. Misalnya saja adegan Sabrina yang hendak menghidupkan salah satu dari three sister setelah dia membunuhnya untuk keperluan necromancy. Pada saat itu Ambrose berjalan dengan penuh amarah dan ketegangan mendekati Sabrina lalu memperingatkannya akan bahaya fatal yang telah dilakukannya. Setelah itu tiba-tiba saja semua seolah berjalan aman. Ambrose tanpa hujan dan angin malah tenang setelah mendengar penjelasan Sabrina. Wtf?

Dan ngomongin sisi acting saya rasa semuanya acting kelas B. Tidak ada satupun acting yang bisa memukau di series ini. Beberapa bagian seolah overacting dan sangat tidak nyaman untuk ditonton.  Apa yang saya sukai dari series ini adalah totalitas dalam penggambaran setting-nya. Series ini benar-benar memanfaatkan material asli untuk menambah warna seperti make-up dan patung Setan. Untung saja, untung, series ini menurut saya ketolong dengan episode terakhirnya yang lumayan enak ditonton. Selebihnya cuma opera sabun remaja labil dengan bumbu sihir yang tawar.